Memaham arti ketaatan isti dan suami
Sedikit petua untuk memahami arti tentang ketaatan istri terhadap suaminya.Sudah begitu banyak, nasehat bab
ketaatan juga kenceng meluncur
bak kereta cepat shinkansen,
menjelaskan kalau wanita harus
taat kepada suami, selain taat
kepada Allah, Rasul dan Ulil Amri.
Suami adalah jembatan untuk
masuk surga atau neraka bagi
istri. Wuih, posisi yang strategis
bukan? Kapan punya kesempatan
seperti itu. Diperkuat dengan dalil
– dalil yang sungguh dahsyat,
seperti; Dari Abu Huroiroh ra. dari
Nabi SAW, beliau bersabda, “Kalau
seandainya aku boleh memerintah
seseorang sujud kepada
seseorang, niscaya aku
perintahkan perempuan untuk
sujud kepada suaminya. ” (Rowahu
at-Tirmidzi, dan ia berkata, ini
hadits hasan shohih). Hadits ini
menambah pede dan besar kepala
ini saja, semata karena saya
terlahir sebagai laki – laki. Itu
jejak rekam yang terpendam
dalam – dalam dalam sanubari ini.
Ini semua factor ego, usia atau
psikologi semata saya kurang
tahu. Yang jelas begitulah yang
kurasa waktu itu. Tegas dan jujur
apa adanya.
Ayat di atas tidak salah, hadits itu
tidak keliru. Penyampai dan
penasihat juga tidak kaprah.
Dalam koridor fungsi dan
dapukannya masing – masing,
mereka telah menyampaikan
amanat yang seharusnya
disampaikan. Hanya hasrat besar
saya yang membelokkan itu
semua. Hanya nafsu besar
mendapatkan kesenangan yang
mengangkangi fakta yang ada.
Menutupi hal lain yang seharusnya
saya ketahui. Perlahan tapi pasti,
satu per satu fakta mengemuka
dan terkuak seiring berjalannya
waktu.
Suatu ketika, di komplek saya
tinggal sepasang suami istri.
Sedangkan mayoritas di situ
adalah mahasiswa yang bujang
(lagi lapuk). Ketika sang suami
mencuci baju tiap pagi, seorang
teman berkomentar. “Punya istri
kok nyuci baju sendiri,” katanya.
“Memang kenapa? Apakah ada
larangan suami mencuci baju?”,
timpal sang suami.
“Enggak sih, aneh saja,” balik
teman saya.
“Nanti kamu akan tahu, kalau
kamu sudah berkeluarga,” katanya
dengan bijak.
Dialog itu tersimpan lama dan
dalam di lemari memori saya.
Realitas yang saya pikir belum
bisa saya pahami waktu itu.
Bergemuruh di dada. Apa arti ini
semua? Ini adalah hal yang kontra
produktif, batin saya. Bayangan
yang indah itu seakan ternoda.
Sedikit demi sedikit, yang pada
akhirnya menuntun saya untuk
mereposisi beberapa pemahaman
yang ada. Entah kebetulan atau
sengaja, pondasi – pondasi sebuah
keluarga bahagia semakin tampak.
Seiring bertambahnya ilmu dan
kepahaman. Pilar – pilarnya
semakin jelas. Dan alurnya
semakin kentara. Lambat - laun
gambaran raja semakin sirna.
Lambat – laun turun tahta,
menyadari akan arti pentingnya
sebuah kerja sama dalam
membangun sebuah biduk rumah
tangga. Semuanya terkumpul,
semuanya tersaji, sebelum
menapakkan kaki ke jenjang
rumah tangga yang sebenarnya.
Sebelum semua terlambat.
Alhamdulillah ….
oleh: Ustadz Fami
0 Response to "Memaham arti ketaatan isti dan suami"
Post a Comment
SILAHKAN BERI KOMENTAR DAN SARAN ANDA. Jangan malu-malu